Siapa TERORIS?

Kepolisian Indonesia nampaknya sedang menemukan kembali ritme keperwiraannya dengan keberhasilan Densus 88 meringkus “membunuh” teroris di Pamulang. Benarkah yang dibunuh adalah teroris? belum banyak fakta yang bisa digali hingga tulisan ini dibuat… Paling tidak, prestasi ini harus diapresiasi positif karena rating polri kembali naik paska kasus pertikaian dengan KPK akhir tahun 2009.

Mari kiita lihat dari sudut pandang yang sedikit berbeda…

Jika kita selama ini mengingat kasus penegakan terorisme di Indonesia, hampir semuanya selalu diakhiri degan pertumpahan darah dan hilangnya nyawa. Mungkin, actor intelektual bom bali lebih beruntung, karena tidak langsung dibunuh ditempat. Masih ada kesempatan sedikit untuk “menikmati” sel penjara walaupun beberapa bulan saja. Di luar itu, hampir semuanya berakhir tragis dan masyarakat hanya mendapat informasi teroris telah wafat. Selesai!

Pernahkah selama ini kita berpikir sejenak, darimana justifikasi teroris ini berasal? Orang yang diduga teroris memang tidak mungkin mengakui tindakannya adalah bagian dari aktivitas menteror manusia. Tapi, jika kita merunut lebih dalam lagi, kebanyakan justifikasi itu selesai di pihak penegak hukum. Media hanya membantu mempercepat akselerasi penyebaran berita, sehingga dalam sekejap seakan-akan masyarakat pun juga melakukan justifikasi yang sama. Alhasil, semuanya sependapat dengan justifikasi tersebut. Continue reading “Siapa TERORIS?”

Beranjak…

Sebuah kabar kemudian begitu saja menyeruak ke tengah-tengah segumulan manusia yang kebingungan. Hegemoni dunia akan kesenangan pesta terkadang membuat lupa sudah sejauh manakah hari ini posisi kita menlangkah. Entah kita sedang lupa atau memang sengaja melupakannya, semuanya begitu cepat berlalu, masa depan seakan begitu cepat akan tergapai…
Dimana posisi anda hari ini? Sebenarnya ini semua bergantung pada niatan anda di awal waktu. Jikalau hari ini anda sedang bersibuk ria dengan dengan semua aktivitas anda, wajar…mungkin anda dahulu berazam dengan sebuah cita yang tinggi menjulang…cita anda begitu luhur dan anda begitu focus padanya. Semua waktu anda, tercurah untuk mendapat hasil yang begitu sempurna…luar biasa…
Tidak ada yang salah dengan semua hal ini. Setiap manusia memang harus berkarya. Berkarya akan membuat manusia tergerak dan berupaya. Karya yang anda lakukan hari ini adalah buah dari sebuah visi besar dan agung sesuai dengan kacamata yang hari anda pakai. Setiap hentakan kaki dan tarikan nafas yang hari ini kita ambil, adalah sebuah kerja besar yang akan tertransformasi dalam sebuah hasil nyata di kemudian hari. Wouw…betapa bersemangatnya kita hari ini?
Lalu apalah kita semua…suatu hari datanglah saudara anda. Sekedar mengirim sebuah pesan singkat, basa-basi yang sebenarnya tak cukup banyak memberikan arti. Lalu anda pun menjawab dengan suara yang tak kalah jauh dengan sahabat anda. Hal ini terulang berkali-kali…Semuanya terjadi begitu saja tanpa ada waktu tersisa untuk sekedar merenung, kenapa semua ini hanya seperti ini…
Hingga akhirnya, sahabat anda dalam pesannya yang kesekian kali. Berucap bahwa ia sedang merindukan masa-masa dahulunya yang begitu riang. Ia berucap, bahwa ia sedang gundah, iri dengan semua pekerjaan yang hari ini telah anda lakukan. Akhirnya ia berucap bahwa ia telah terpaut jauh dengan anda. Ia merasa hari-harinya berlalu begitu saja…ia telah terperangkap dalam penjara dunia yang sebenarnya bisa dicegah.
Lalu apalah anda hari ini…sahabat anda mengungkapkan apa yang terjadi selama ini. Ternyata…anda begitu dirindukan olehnya. Sahabat anda begitu berhasrat bertemu dengan anda. Ia telah kesasar selama perjalanannya selama ini. Ia telah berhamburan entah kemana jiwanya. Ia berucap jujur pada pesan-pesannya pada anda, bahwa ia telah berbeda. Pikirannya entah kemana…
Lalu apalah anda…yang tetap sibuk denga urusan anda, yang hingga hari ini masih repot dengan berbagai agenda yang tak tahu kapan dan dimana ujungnya. Ternyata anda begitu berhusnuzon pada sahabat anda. Anda terlalu percaya bahawa sahabat anda akan baik-baik saja. Pesan-pesan keresahannya selama ini tidak mampu menghentikan anda barang sejenak, bahwa disana…sahabat anda sedang kesepian dan kebingungan entah mau kemana jalannya…
Apakah anda bangga dengan segala prestasi anda hari ini? Semangat anda dan prestasi anda hari ini ternyata begitu mahal, dan sangat mahal. Harga yang anda bayar atas semua yang hari ini anda raih. Harga yang harus anda gadaikan dengan segudang cakrawala dan makna. Bersapalah dengannya…siapa tahu sahabat anda belum melupakan anda. Siapa tahu sahabat anda belum mengubur harapan dan asanya akan indahnya karunia pernah berjumpa dan berkenalan dengan anda.
Segeralah berkemas,,,dan kembali buka kenangan anda. Segeralah bergegas, kembali bersapa dengan sahabat anda. Karena jika tidak, hanya akan berlari di tempat. Perjalanan anda hanya kana berputar-putar, hingga akhirnya anda akan lelah, dan kebingungan. Ajaklah teman anda untuk bersama-sama mendaki puncak kejayaannya. Karena anda tidak akan betah, berada di puncak prestasi hanya ditemani sendiri. [ afwan akhi…]

Antara PHK dan Keguguran Kandungan…

Adalah Pak Darwito, seorang pekerja di suatu pabrik di Jawa. Beliau ini adalah seorang pekerja yang sangat rajin, bahkan managernya mengatakan jikalau Pak Darwito ini adalah pekerja yang tidak pernah melekukan kesalahan. Selama ini kehidupannya bisa dikatakan cukup, tinggal bersama seorang istrinya di rumah kontrakan yang damai.

Kisah ini tiba-tiba berubah. Suatu hari Pak Darwito sudah tidak lagi dapat ditemui di pabriknya. Beliaunya ternyata sedang asyik berjualan asongan di perempatan jalan. Dengan topi putih yang mulai pudar karena sengatan matahari dan pakaian lusuh seadanya, beliau begitu “menikmati” perjuangan hidupnya. Ada apa gerangan? Tidak mungkin beliau bolos kerja (nggak banget…). Bukan juga pekerjaan sambilan yang dipakai sebagai tambahan keuangan keluarga.

Seorang “mbak-mbak” menghampiri beliau berniat ingin menanyakan alias tabayun. Perbincangan pun dilakukan dengan beliau di tepi jalan. Tak seberapa lama waktu tiba-tiba ada seorang bertubuh “gedhe” berisi dan berotot yang menghampiri beliau juga. Wajahnya bengis dan keliatan menyeramkan. Tiba-tiba saja orang perkasa ini bertanya pada Pak darwito dengan nada yang tinggi nan menakutkan, “hei..Dar, kapan mau bayar hutang?” spontan Pak Darwito juga kaget. Kaget dengan suaranya yang seram dan kaget karena tidak disaangka akan ditagih di tepi jalan. Orang perkasa ini pun marah, semua barang dagangan Pak Darwito dihamburin ke jalanan.

Emang resek tuh orang, Continue reading “Antara PHK dan Keguguran Kandungan…”

mABa…

Malam ini saya ada agenda hingga pukul 11 malam. Sebenarnya pingin segera pulang, tapi beberapa jam yang lalu saya mendapat pesan singkat untuk segera datang ke gedung GSP mala mini juga. Ada apa gerangan di GSP? Yah…karena hari-hari ini adalah waktu buat registrasi mahasiswa baru di kampus, jadi hampir semua organisasi kampus sibuk dengan acara penyambutan MaBa. Seakan tidak mau kalah, berbagai elemen gerakan mahasiswa pun turut ambil bagian dalam momen ini. Sekedar menunjukkan eksistensi atau mungkin lebih akrab dikenal sebagai pencitraan lembaga bahwa yang ada di kampus ini bukan hanya manusia-manusia yang “gila” dengan akademis, tetapi juga manusia muda nan cerdas yang juga bersiap untuk mengangkat dan memperjuangkan bangsanya hanya saja melalui sudut pandang perjuangan dan paradigma yang berbeda. begitulah mahasiswa, selalu kaya akan inovasi dan mempunyai kekuatan untuk berdinamisasi dengan keadaan yang menyelimutinya. Continue reading “mABa…”

Seperti Biasa Tak Ada yang bEdA

Hari ini saya kembali ke Madiun. Kira-kira pukul 19.15 bus membawa saya keluar dari terminal Jogja. Seperti biasa dan tak ada yang berubah, saya duduk di dalam bus sendirian diantara puluhan bangku yang kosong, sedang bus pun seakan bersikap acuh dengan kedaan ini terus saja melaju dengan kecepatan cukup tinggi standar bus malam. Di tengah perjalanan saya masih sempat menghubungi seorang temen akhwat untuk minta tolong mengkopikan sebuah draft (afwan ya Mbak, saya tahu mbak juga capek, walaupun akhirnya draftnya ga dipake) dan menyempatkan diri membaca beberapa halaman buku. Perjalanan tetap saja seperti itu, terkadang membuat saya sedikit mengantuk…membosankan karena tidak ada pengamen atau seseorang yang duduk di sebelah saya untuk sekedar berrtukar cerita.

Sekitar pukul 00.00 saya sudah tiba di terminal Madiun. Oh…betapa leganya. Aroma kota kecil ini begitu khas, keadaan di terminal pun cukup tawadhu. Tapi, saya cukup bahagia bisa kembali menginjakkan kaki ini di tempat yang sudah banyak memberikan kepada saya pelajaran yang unik dan tak akan pernah bisa terhapus dalam memory saya sendiri. Sayang…malam itu saya tidak bisa menginap di rumah Madiun. Orang tua menghendaki saya untuk segera pulang ke kota kelahiran. Yah…tak jadi masalah sih.. tapi jujur saya masih belum puas dengan prolog ini, terlalu singkat dan tak mampu berbuat apa-apa. Saya hanya menggunakan 20 menit saya untuk untuk jalan-jalan di lobi terminal yang sebenarnya keadaanya pun cukup hening. Sebagian besar pertokoan telah menutup pintunya seakan tak mau menatap wajah saya yang kusut kecapekan. Hanya tertinggal beberapa pedagang yang memang berjualan nasi pecel hingga esok pagi. Hingga akhirnya saya harus kembali naik bus dengan berat hati ke Ponorogo (oh…bapak..Ibu..kenapa ga pindah aja ke madiun?) perjalanan sepi dan sendiri ini kembali terulang, setengah jam terlampaui begitu saja, sedikit beda, busnya kali ini lumayan penuh. Continue reading “Seperti Biasa Tak Ada yang bEdA”