Menyadur…

“ Tiga amalan yang Allah menyukainya, mereka yang shalat tepat pada waktunya, berbakti kepada orang tua, dan berjihad di jalan Allah”

Sebuah cerita menarik, bagi temen-temen yang belum sempat membaca.

Ayah, Penyesalan Tak Bertepi

Entah kenapa sejak kecil saya tidak begitu dekat dengan Ayah. Saya lebih sering bermain dan merasa lebih nyaman bersama Ibu. Dengan ayah, hubungan itu terasa begitu kaku. Terlebih beliau sering memarahi dan memukuli saya sewaktu kecil. Hingga SMA, saya masih merasa Ayah tak seperti ayah-ayah lainnya. Ibu sering mengingatkan saya perihal sikap saya yang kurang bersahabat dengan ayah –saya sering ngeles jika disuruh,sering melawan dalam hati dan lainnya. Entahlah, jiwa muda saya waktu itu membenarkan apa yang saya perbuat.

Hingga saya lulus SPMB di Fakultas Kedokteran (FK) negeri. Ketika tahu saya lulus, Ayah begitu bangganya dan selalu bercerita kepada siapa saja bahwa anaknya telah berhasil masuk FK. Saya bertanya dalam hati, benarkah beliau bangga? Bahkan beliau mengadakan syukuran dengan mengundang banyak orang. Lalu ketika akan mendaftar, beliau juga yang bela-belain menemani, padahal beliau sama sekali tidak tahu universitas itu dimana. Saya dibuat bingung dengan sikap beliau. Mungkinkah saya yang terlau perasa selama ini.

Waktu berlalu, sekali sebulan saya pulang ke rumah. Ketika di rumah saya tetap lebih sering betukar cerita dengan Ibu. Dengan Ayah? Jarang sekali. Entah kenapa, rasanya susah dekat dengan beliau. Sampai suatu ketika, Ibu menyampaikan keluhan Ayah, “Si Buyung kita itu, kalau pulang tidak pernah tersenyum pada awak”. Saya tersengat. Saya mengira selama ini beliau tidaklah perduli. Tapi ternyata saya telah membuat hatinya terluka. Pernah juga ketika siang-siang pulang kuliah, saya melihat vespa hijau tua terparkir di depan rumah kos. Saya bertanya-tanya, mungkinkah ayah ke sini? Ada apa? Saya melihat wajah tua yang begitu lelah terduduk di depan pintu. Ternyata beliau menempuh perjalanan berpuluh-puluh kilometer hanya untuk mengantar sambal untuk saya. Hati saya benar-benar menangis dan tergugu. Lantas beliau pergi tanpa sempat masuk ke dalam dan minum seteguk air.

Awal 2005. Nestapa itu datang. Ayah dirawat diRumah Sakit. Ya Allah hamba belum sempat membalas jasa beliau dan minta maaf. Ketika akan pulang kampung, sampailah berita itu: Ayah telah pergi. Hati saya teriris. Berdarah-darah. Untuk pertama kali saya menangis untuk Ayah. Saya merutuki diri: kamu memang durhaka! Saya bahkan belum sempat minta maaf. Ayah mengajari saya melukis dari kecil. Mengajari sastra dan mengajari bisa ke sawah. Ayah sering membantu membuat pe-er saat SD. Kenapa setelah engkau pergi saya baru ingat jasamu. Mengajari untuk tidak berkata-kata kotor. Betapa hebat dirimu sebagai Ayah. Membesarkan 9 anak. Rela melepas diri dari seprang guru menjadi petani hanya untuk mempertahankan idealisme. Setiap mengenang Ayah, hati selalu menangis.

(Tarbawi, edisi 172, 9 Muharram 1429)

Subhanallah…. Mungkin cerita ini tidak hanya di alami oleh saudara yang namanya tidak mau disebut tadi. Mungkin diantara kita juga ada yang merasakan dan mengalami hal yang serupa dengan beliau. Sungguh mereka berdua [ayah dan ibu] adalah sosok yang begitu berjasa, tanpanya wallahualam jadi apa kita saat ini. Masihkah kita bisa belajar hingga sejauh ini? Entahlah, toh…masih banyak anak muda yang kurang mau bersyukur dengan semua nikmat yang ada.

Blunder…(sayang Banget!)

Segala puji hanya bagi Allah, sedang shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita beliau rasulullah Muhammad saw.

“Maa kaana Muhammadun abaa ahadin min rijaalikum wa laakin rasulallahi wa khatamul anbiya…”

Muhammad itu bukanlah Bapak dari seseorang diantara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para Nabi. (Al-Ahzab : 40)

“Apakah kamu mengira kamu akan masuk syurga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar” (Ali ‘Imran : 142)

Satu Juni 2008, bagi sebagian orang mungkin hari itu adalah hari-hari biasa. Seperti biasa, karena ini adalah hari Ahad, banyak yang memanfaatkannya untuk sekedar melepas kepenatan kerja bagi yang sudah bekerja, atau sekedar meregangkan syaraf dengan sedikit berolahraga atau justru hari itu banyak yang memanfaatkannya untuk belajar giat karena esok hari akan mengahadapi ujian. Tak jadi apa, aktivitas manusia memang sangat padat dan beragam, karena kita semua adalah manusia yang akan selalu dinamis dengan keadaan, Bergerak atau Tergantikan.

Tapi ada satu pemandangan yang cukup biasa ketika hari itu di Monas sedang banyak ditemui puluhan manusia berjubah putih yang selama ini lengket dengan sebuah perwajahan ummat Muslim. Ternyata Monas yang biasanya setiap Ahad pagi digunaakan sebagai tempat untuk berolahraga bagi sebagian warga Ibukota, juga ramai oleh puluhan ummat Muslim kala itu. Ada apa gerangan ? Aksi…Sebuah aksi untuk mencoba mengungkapan sebuah fakta dan realita yang terjadi dalam kehidupan beragama di Indonesia.

Kemunculan Ahmadiyah, yang sebenarnya sudah lama bercokol di Indonesia, Continue reading “Blunder…(sayang Banget!)”

Kenangan itu…(begitu indah)

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Segala puji hanya bagi Allah, yang telah memberikan kenikmatan cinta dan kerinduan pada ketenteraman jiwa dan fikr setiap kita yang ada di dunia. Yang telah menunjukkan keindahan dunia dalam ayat-ayat-Nya yang mulia. Yang telah membangunkan kita setiap hari dan akan mematikan kita di suatu masa kelak.

Shalawat dan salam senantiasa tertuju kepada engkau, rasulullah Muhammad saw. Manusia mulia yang begitu dirindukan setiap nasihatnya, bahkan kita semua selalu berusaha meneladani semua cara hidup beliau saw.

Alhamdulillah…

Allah telah memberikan yang begitu indah kepada ummat-Nya. Teringat akan suatu kisah ketika kita masih di SMA. Suatu tempat yang begitu banyak membawa cerita perjuangan dakwah dalam masanya masing-masing. Setiap langkah perjuangan saat itu, adalah bekal yang sangat melimpah untuk meniti perjuangan di aras yang lebih membutuhkan tenaga dan pemikiran. Sebuah aras yang akan membuat kita semakin sadar, bahwasanya kita saat ini sedang tergabung bersama barisan perjuangan yang syumul yang akan membawa perubahan yang signifikan bagi kehidupan ummat mendatang. Insya Allah.

Barisan dakwah yang saat ini sedang begelora oleh sejuknya angin perjuangan tiada bertepi. Sedang bersemangat tatkala bertemu medan dakwah baru yang lebih alot untuk dijalani. Tak usah berfikir panjang lagi, ini adalah jalan yang benar-benar jelas dan terang untuk segera ditangani secara berjamaah.

Kembali pada tempat yang telah mendidik kita semua menurut karakter dan sikap yang dimiliki oleh setiap kita. Mungkin banyak diantara kita yang pada awalnya bukanlah seperti apa yang kita rasakan saat ini. Kita berasal dari tempat yang berbeda, berasal dari lingkungan yang sungguh berbeda dengan variable sistem yang ada di masing-masing tempat. Mungkin ada diantara kita, dulunya bukanlah orang yang begitu mengenal tentang aras perjuangan dakwah ini, atau bahkan ada diantara kita yang [mungkin] adalah salah satu dari orang yang suka mengejek pada medan dakwah ini. Tapi…Allah punya rencana lain tentang kehidupan kita. Allah telah berkehendak bahwa kita adalah manusia yang tersibghah oleh cahaya keislaman yang begitu mempesona. Continue reading “Kenangan itu…(begitu indah)”

Latihan Nasyid

Subhanallah walhamdulillah wa laa ilaha ila Allah…..

Saudaraku yang saya cintai karena Allah…

Aduhh…hari ini saya merasakan kerinduan yang luar biasa kepada semua saudara-saudara saya. Luar biasa… Tetes air mata bercampur tawa(loh…gimana jadinya) bener-bener memenuhi ruangan saya malam ini. Saya mulai buka kembali file-file saya tentang saudara-saudara saya tadi.

Terkadang saya menyesal, ketika saya dulu dekat dengan mereka, saya masih jarang beraktivitas bareng mereka. Aduhh… sekarang baru ngrasain deh gimana rasanya ditinggal jauh sama temen-temen. Ada yang di Jakarta, Bandung, Surabaya, Jogja, Malang, Madiun dan saya kira masih banyak lagi yang laen yang belum tersebut(afwan ya..).

Saya teringat betul ketika malam ahad seperti ini, setelah isya saya udah nyiapain motor untuk kemudian melaju ke rumah Akh Bayu, “Assalamualaikum… “salam saya dari luar. “Waalaikumsalam…” itulah jawaban yang terdengar dari ibunya Akh Bayu, “Bu..Bayu_nya ada?”. “ Oh,,mas Dimas masuk Mas, Bayu ada koq…” Saya sampe inget bener bagaimana prolog sebelum masuk ke rumah akh Bayu. “Yek..siap durung…”. “Sabar…loz..sabar…”. Setelah beberapa menit kami dah siap buat keluar malem. Saya bonceng akh bayu, dan kami pun akhirnya puter-puter madiun. Di sepanjang jalan… setiap kami bertemu hal yang lucu kami langsung tertawa bareng(kenceng lagi ketawanya). Continue reading “Latihan Nasyid”